Menikah masih kerap jadi tuntutan terutama bagi wanita ‘matang’. Padahal, menjadi single bukanlah aib, dan Anda tetap bisa menikmati hidup meski status perkawinan belum berubah.
Wanita dalam rentang usia 24 hingga 30-an awal biasanya paling rentan mendapat ‘tuntutan’ untuk menikah. Berbagai ‘masukan’, kritik, dan hingga teguran karena status perkawinan yang masih juga lajang pun tak jarang menghampiri silih berganti—mulai dari keluarga, teman, hingga orang asing sekalipun.
Namun, menikah memang bukan urusan yang mudah. Ada banyak hal yang harus dipersiapkan—tak cuma soal seremoni, tetapi juga kehidupan pernikahan itu sendiri.
Kesiapan tiap individu pun tak bisa dipaksakan. Oleh sebab itu itu, jika Anda sedang berada dalam kondisi ini dan jenuh dengan tuntutan tersebut, take your time. Alih-alih terburu-buru mencari pasangan untuk ‘melengkapi hidup’ seperti yang dikemukakan mereka, lakukan lima hal berikut untuk tetap menikmati hidup terbaik Anda.
Tanyakan kepada Diri Sendiri Alasan Menjalin Hubungan
Khususnya jika Anda belum memiliki pasangan, utarakan pertanyaan ini pada diri sendiri. Apa tujuan Anda saat akan menjalin hubungan? Benarkah Anda ingin menjalin hubungan dengan orang lain bukan karena Anda takut sendirian?
Faktanya, ada banyak individu yang memilih dan memaksa bertahan dalam hubungan yang tidak sehat sekalipun karena tidak ingin sendiri. Hal ini justru akan menghambat proses perkembangan dan pendewasaan diri sendiri. Jika memilih berhubungan atas dasar ini, maka kecenderungan Anda untuk menggantungkan kebahagiaan terhadap pasangan pun semakin besar. Padahal, bukankah kebahagiaan adalah tanggung jawab tiap individu?
Lakukan Hal-Hal yang Anda Sukai
Hidup hanya sekali dan ada banyak hal yang dapat Anda eksplorasi. Jangan membatasi diri sendiri untuk mewujudkan aktualisasi diri hanya karena tuntutan dari pihak luar yang tidak berdampak signifikan terhadap kebahagiaan Anda.
Maksimalkan potensi yang Anda miliki dan raihlah cita-cita yang sudah dipersiapkan sejak dini. Apabila ingin menikah saat beberapa impian besar pribadi belum terwujud, benarkah Anda nantinya tidak akan menyesalkan keputusan tersebut—apalagi hingga menyalahkan pasangan, orang tua, atau pihak lainnya—saat pernikahan justru semakin membatasi dan menutup kemungkinan tercapainya cita-cita itu?
Habiskan Waktu Bersama Support System Terbaik
Bagaimanapun, Anda tidak dapat menjalani kehidupan ini benar-benar sendiri saja. Selagi menunggu momen pernikahan yang barangkali juga Anda inginkan, tempatkan diri di tengah-tengah lingkungan yang positif. Kelilingi diri dengan support system terbaik, yakni orang-orang yang memahami keputusan Anda. Dengan begitu, berada di tengah-tengah mereka tidak akan menjadi beban tersendiri bagi Anda. Support system terbaik pun tidak harus keluarga (terutama jika keluarga justru menjadi pihak yang kerap menuntut Anda segera menikah), tetapi justru bisa jadi orang-orang di tempat Anda berkarya, pasangan, atau yang lainnya.
Jujur Terhadap Diri Sendiri
Setiap orang hanya ingin bahagia dalam hidupnya. Oleh karena sifatnya yang sangat subjektif, maka tidak ada standar pasti dalam mengukurnya.
Seseorang yang tidak mempunyai rumah sendiri tidak berarti tidak bahagia. Pun sebaliknya, seseorang yang mempunyai rumah sendiri belum tentu bahagia.
Seseorang yang mempunyai penghasilan di bawah kebutuhannya tidak berarti tidak bahagia. Pun sebaliknya, seseorang yang bergelimang harta tidak lantas benar-benar bahagia.
Tentu saja, seseorang yang tidak—atau belum—menikah tidak berarti tidak bahagia. Pun sebaliknya, seseorang yang telah menikah pun belum tentu sungguh-sungguh bahagia.
Anda adalah orang yang paling tahu tentang apa yang membuat diri sendiri berbahagia. Jika saat ini menikah bukanlah jawabannya dan Anda tidak siap mengikatkan diri dalam hubungan yang sakral tersebut, maka tak perlu memaksakan diri. Pun sebaliknya—jika Anda siap dan menyadari sepenuhnya dengan segala risiko menikah yang akan muncul dengan berbagai keindahannya, maka menikahlah. Satu hal yang pasti, jangan menikah hanya untuk memenuhi harapan orang lain.
Jadi, apa yang masih jadi alasan untuk tak berbahagia meski masih sendiri?