Tips Berkencan dan Memulai Hubungan untuk Single Mom

Ada banyak pro dan kontra dari kacamata masyarakat saat seorang “single mom” memutuskan untuk kembali berkencan. Namun, jangan biarkan hidup orang lain mendikte hidup Anda.

Ada banyak pro dan kontra dari kacamata masyarakat saat seorang “single mom” memutuskan untuk kembali berkencan. Namun, jangan biarkan hidup orang lain mendikte hidup Anda.

Berkencan dan memulai hubungan romantis baru bagi seorang single mom bukanlah perkara mudah. Di luar stigma yang sayangnya masih sangat banyak diberikan oleh lingkungan sosial kepada seorang single mom, masih ada urusan internal lain yang juga patut jadi pertimbangan: anak, pekerjaan, rumah, atau bahkan trauma di masa lalu.

Wajarlah jika kemudian perasaan takut, khawatir, dan bahkan merasa bersalah muncul dalam diri seorang single mom ketika akan kembali membuka hati. Apabila Anda berada dalam kondisi ini, jangan biarkan kekalutan itu memperparah situasi. Berikut adalah beberapa tips yang dapat Anda lakukan ketika akan berkencan dan kembali memulai hubungan romantis sebagai seorang single mom.

Tanyakan Kepada Diri Sendiri tentang Alasan Menjalin Hubungan

Setiap keputusan dalam hidup—sekecil apa pun lingkupnya—harus berlandaskan tujuan. Anda mau mandi, makan, mencuci baju, dan sederet aktivitas ‘biasa’ lainnya juga pasti berorientasi pada tujuan kendati kini boleh jadi terasa lebih autopilot. Oleh karena hal-hal ‘kecil’ tersebut saja selalu bertujuan, tentu urusan kembali berkencan yang notabene ‘lebih besar’ juga harus memiliki goal yang jelas.

Tanyakan pada diri sendiri mengapa Anda ingin atau akan melakukan hal ini. Benarkah Anda melakukannya bukan karena paksaan orang lain yang tak betul-betul mengerti keadaan sebenarnya? Siapkah Anda dengan konsekuensi yang akan timbul sehingga tak akan ‘hancur’ jika hal tersebut benar-benar terjadi?

Jangan Sembunyikan Anak

Anda tidak lagi hidup untuk diri sendiri. Kehadiran anak, nyatanya, memang mengubah banyak hal. Jangan sampai hanya karena Anda ingin memuaskan ego sendiri, Anda jadi mengabaikan si kecil yang tetap membutuhkan perhatian dan kasih sayang.

Selain itu, sebuah hubungan yang diproyeksikan untuk serius memang bijaknya dimulai dengan transparansi. Sampaikan sedari awal kondisi Anda—termasuk adanya si kecil—kepada dia. Lagipula, pada akhirnya Anda akan lelah sendiri jika terus-menerus menyembunyikan kehadiran anak. Bukankah Anda juga ingin dicintai dan diterima oleh orang lain—terutama seseorang yang spesial—sebagai diri sendiri dengan segala kondisi yang ada?

Utamakan Perasaan Anak

Konsekuensi yang memang akan Anda terima saat menjalin hubungan romantis baru dengan seseorang adalah perasaan anak. Bagaimanapun, pasti ada perubahan besar dalam dirinya saat melihat Anda sebagai ibunya bersama dengan orang lain. Hal ini berlaku dalam seluruh kondisi, baik apabila si kecil memang sudah mengenal bahkan terbiasa hidup dengan ayah kandungnya maupun sebaliknya. Kebiasaan Anda sebagai single mom yang memberi atensi sepenuhnya kini harus terbagi pasti menimbulkan gejolak tersendiri.

Guna meminimalkan perasaan tak nyaman anak, bijaklah dalam memperlihatkan keromantisan Anda dan pasangan. Jangan pula terlalu terburu-buru memperkenalkan pasangan Anda—apalagi sebagai sosok pengganti ayah. Pun ketika berinteraksi, tetap pertimbangkan perasaan si kecil berikut privasinya.

Jangan Merasa Bersalah

Memiliki perasaan untuk seseorang maupun keinginan untuk kembali memiliki pasangan bukanlah sebuah hal yang salah bagi seorang working mom. Jangan sampaikan stigma maupun tekanan dari pihak luar membuat Anda mengerdilkan hal-hal manusiawi pada diri sendiri.

Sekalipun Anda seorang ibu, ingatlah bahwa pada hakikatnya Anda hanyalah seorang manusia dan wanita biasa. Menginginkan keromantisan dari seorang pasangan bukan berarti Anda egois. Menjadi seorang single mom saja sudah cukup berat sehingga tak perlu membebani diri sendiri dengan pikiran-pikiran sempit. Jika Anda sudah siap untuk kembali membuka hati dengan tujuan yang tepat dan bijak, majulah.

Pada akhirnya, Anda adalah satu-satunya orang yang bertanggung jawab atas hidup dan kebahagiaan Anda sendiri. Karena itu, lakukanlah hal-hal yang membuat Anda lebih mengapresiasi hidup dengan tetap mempertimbangkan dan menyiapkan diri secara bijak terhadap segala konsekuensinya.

Tinggalkan pesan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.