Mengulas Faktor Kunci dari Keterpurukan Barcelona
Penampilan Barcelona yang cukup mengecewakan musim ini tidak lepas dari beberapa faktor kunci. Inilah ulasan lengkapnya.
Penampilan Barcelona yang cukup mengecewakan musim ini tidak lepas dari beberapa faktor kunci. Inilah ulasan lengkapnya.
Siapa yang tak kenal dengan klub sepakbola Barcelona? Meyandang status sebagai salah satu raksasa Eropa membuat klub ini memiliki penggemar fanatik di seluruh penjuru dunia. Sayangnya, dalam beberapa tahun terakhir, prestasi Barcelona sedikit meredup, terutama di kompetisi Benua Biru.
Pada musim lalu, klub asal Katalan ini bahkan nirgelar alias tidak memenangkan kompetisi apa pun. Hasil yang sangat mengecewakan, terlebih jika kita melihat deretan pemain bintang yang membela de blaugrana, seperti Antoine Griezzman, Frankie de Jong, dan megabintang Lionel Messi.
Di musin ini, performa Barcelona masih tidak konsisten. Selain kalah 2-0 dari Sevilla di ajang semifinal Copa del Rey, Barcelona juga harus tertunduk di Paris setelah dilibas PSG dengan skor 4-1. Apa sebenarnya akar dari krisis ini? Inilah beberapa faktor kuncinya.
Kisruh Internal Klub yang Berkepanjangan
Masalah di internal klub Barcelona sudah menjadi konsumsi publik sejak lama. Tak main-main, tahun lalu, enam orang direktur klub mengundurkan diri secara serentak. Hal ini konon dilakukan karena ketidaksukaan mereka terhadap gaya kepemimpinan sang presiden klub, Josep Maria Bartomeu.
Sang presiden sendiri dikabarkan telah ditangkap oleh polisi Spanyol bersama sejumlah eksekutif klub lainnya. Penangkapan ini didasari oleh dugaan permainan isu yang didalangi oleh Bartomeu untuk mendiskreditkan para pemain, staf, dan lawan politiknya.
Kisruh internal rupanya juga melibatkan para pemain. Para punggawa Barcelona konon tengah berseteru dengan pihak klub akibat wacana pemotongan gaji sebesar 30% demi menyeimbangkan neraca keuangan yang merah.
Kiprah Pemain Bintang yang Gagal Bersinar
Krisis Barcelona di liga dan Champions League juga tak lepas dari performa beberapa pemain bintang yang gagal bersinar setelah didatangkan dengan harga selangit. Antoine Griezzman, misalnya, setelah diboyong dari Atletico Madrid dengan harga 120 juta Euro , ia hanya mampu mengemas 17 gol dari 57 pertandingan.
Hal yang sama terjadi pada mantan bintang Liverpool, Philippe Coutinho. Setelah tampil menawan bersama The Reds di Premier League, ia malah kehilangan taji di Barcelona dan hanya mengemas 9 assist dan 19 gol di semua kompetisi dalam 3 musim terakhir.
Ketergantungan terhadap Lionel Messi
Barcelona selalu menjadikan Lionel Messi sebagai poros utama permainan selama lebih dari satu dekade. Meskipun sang megabintang masih memiliki kualitas di atas rata-rata, usianya yang sudah tidak prima jelas membawa pengaruh terhadap penampilannya di atas lapangan.
Selain itu, pengaruh besar Messi di Barcelona terkadang menjadi pedang bermata dua; di satu sisi ia mampu menarik pemain besar untuk hijrah ke Katalan, tetapi di sisi lain ia juga dianggap sebagai salah satu penyebab utama “mandeknya” perkembangan tim dalam beberapa tahun terakhir.
Hal ini diperburuk oleh image bahwa nama Messi lebih besar daripada nama Barcelona itu sendiiri. Alhasil, ia pernah terlibat cek-cok dengan beberapa punggawa tim dan pihak klub.
Identitas Permainan yang Hilang
Tiki-taka yang menjadi identitas permainan Barcelona perlahan mulai jarang terlihat. Padahal, strategi inilah yang mampu mengantarkan Barcelona meraih puncak kejayaan di bawah asuhan pelatih Pep Guardiola.
Seringnya penggantian pelatih menjadi akar dari masalah ini. Terhitung, dalam satu dekade terakhir ada 7 pelatih yang menukangi La Blaugrana. Sayangnya, tidak semuanya mendapat masa kepemimpinan yang lama karena tuntutan besar untuk berprestasi.
Performa buruk yang dialami oleh Barcelona sejatinya adalah puncak gunung es dari segudang masalah yang ada di dalam klub. Hal ini tentu saja dapat diselesaikan apabila semua pihak mau melakukan langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan klub.
Sebagai para penggemar, kita mungkin harus menunggu sedikit lebih lama untuk menyaksikan kembalinya dominasi dan kejayaan Barcelona, baik di La Liga, maupun di Champions League.