Ilmuwan Wanita yang Berjasa dalam Pembuatan Vaksin Modern

Selain para ilmuwan pria, ada banyak saintis wanita yang juga berperan besar dalam pembuatan vaksin modern. Simak beberapa di antaranya berikut ini!

Tikum.id Health – Selain para ilmuwan pria, ada banyak saintis wanita yang juga berperan besar dalam pembuatan vaksin modern. Simak beberapa di antaranya berikut ini!

<img decoding=
Lady Mary Wortley Montagu

Kalau Anda mengikuti perkembangan dunia kesehatan terutama vaksinasi dan obat-obatan, Anda mungkin pernah mendengar beberapa nama populer seperti Louis Pasteur (ilmuwan yang mengembangkan germ theory) atau Alexander Fleming (penemu penisilin). Kedua sosok tersebut diketahui adalah pria.

Berdasarkan data UIS Unesco, sampai saat ini hanya ada 30% periset dunia yang wanita. Artinya, posisi ini memang lebih didominasi oleh pria. Namun, bukan berarti wanita tidak bisa mencatatkan sejarah lewat penemuan-penemuannya. Delapan sosok ini misalnya, berjasa atas pembuatan vaksin modern yang masih kita gunakan sampai saat ini!

Lady Mary Wortley Montagu

Lady Mary menentang konvensi dengan memperkenalkan inokulasi cacar dalam pengobatan barat. Sempat ditentang, Lady Mary yang sempat belajar metode awal vaksinasi cacar di Turki kemudian memutuskan untuk menginokulasi anaknya, Edward yang saat itu masih berusia empat tahun (tahun 1718). Inilah awal mula diperkenalkannya vaksinasi cacar di dunia medis.

Dr. Anna Wessels Williams

Dr. Anna melakukan isolasi strain bakteri difteri pada tahun 1894 yang kemudian digunakan untuk mengembangkan antitoksin difteri pertama yang jadi asal muasal vaksin difteri. Berkat jasanya, sekarang difteri bisa dicegah lewat vaksinasi DPT (Difteri, Tetanus dan Pertusis).

Drs. Pearl Kendrick dan Grace Eldering

Dengan anggaran yang sangat terbatas, Eldering dan Kendrick melakukan penelitian tentang pertusis (batuk rejan). Mereka menguji vaksin pada diri mereka sendiri sebelum menjalankan uji klinis yang sukses. Upaya mereka menghasilkan vaksin pertama yang diperkenalkan di Amerika pada tahun 1940-an. Mereka kemudian menggabungkannya dengan 2 vaksin lain yakni difteri dan Tetantus sehingga menghasilkan vaksin DPT.

Dr. Margaret Pittman

Sebagai periset perintis, Dr. Pittman telah membantu pengembangan banyak vaksin termasuk vaksin tipis, kolera dan batuk rejan (bekerja sama dengan Kendrick dan Eldering untuk memperkuat vaksin mereka). Dia juga menemukan 6 jenis Haemophilus-influenzae, salah satunya (Hib) yang kerap menyebabkan infeksi serius termasuk meningitis. Berkat temuannya, vaksin meningitis bisa dikembangkan.

Dr. Isabel Morgan

Sepanjang tahun 1940-an, Dr. Morgan bekerja dengan tim di Amerika Serikat untuk memahami virus polio. Mereka adalah orang pertama yang membuktikan bahwa virus yang tidak aktif atau ‘dimatikan’ bisa menghasilkan reaksi kekebalan pada monyet. Sebelumnya, temuan menunjukkan bahwa hanya virus hidup yang bisa menghasilkan reaksi semacam itu.

Karyanya memberikan masukan langsung pada pengembangan vaksin polio Jonas Salk. Berkat temuannya itu, polio sekarang hampir bisa diberantas tuntas dengan penurunan kasus lebih dari 99% setelah tahun 1988.

Dr. Anne Szarewski

Pada tahun 1990-a, Szarewski dan rekan-rekannya menemukan bahwa human papillomavirus (HPV) berhubungan dengan kanker serviks. Penemuan itu menjadi terobosan dalam 10 tahun berikutnya dengan pengembangan vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks. Saat ini, vaksin tersebut tersedia di berbagai belahan dunia.

Dr. Ruth Bishop

Pada tahun 1973, Bishop memimpin tim yang menemukan rotavirus, penyebab utama diare parah pada anak-anak. Penemuannya ini kemudian menghasilkan vaksin rotavirus yang sudah menjangkau negara-negara berpenghasilan rendah. Sayangnya, sampai saat ini masih ada sekitar 200.000 kasus kematian karena rotavirus setiap tahunnya di dunia.

Itulah 8 wanita yang dikenal akan jasanya dalam membantu pengembangan vaksinasi modern dunia. Tanpa mereka, mungkin saat ini masih banyak penyakit yang belum bisa teratasi.

Tinggalkan pesan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.