Setiap tahun, 28 April diperingati sebagai Hari Puisi Nasional. Penetapan hari ini erat kaitannya dengan penyair Tanah Air, Chairil Anwar.
Pernah mendengar puisi dengan judul “Cerita Buat Dien Tamaela”, maka nama Chairil Anwar tak asing lagi. Ya, dialah pencipta karya yang melegenda tersebut.
Chairil Anwar adalah seorang penyair kebanggaan Indonesia. Lahir di Medan, Sumatera Utara, pada 26 Juli 1922 dari pasangan Toeloes dan Saleha. Di usianya yang masih 15 tahun, Chairil Anwar sudah bertekad untuk menjadi seorang penyair.
Penulis puisi “Aku” tersebut memulai pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School (HIS), yang merupakan Sekolah Dasar (SD) bagi orang-orang pribumi pada masa penjajahan. Chairil mahir dalam berbagai bahasa seperti Inggris, Belanda sampai Jerman.
Setelah perceraian kedua orangtuanya memutuskan ikut sang ibunda pindah ke Batavia (kini Jakarta-red). Kepindahannya ke Batavia, menjadi gerbang dengan dunia sastra.
Pada 1942, namanya mulai dikenal publikasi pertama di Majalah Nisan dan terus berkembang hingga menghasilkan 94 karya, termasuk 70 puisi.
Menjelang usia 27 tahun, ayah satu putri itu terserang sejumlah penyakit. Dia meninggal di Rumah Sakit CBZ atau yang sekarang dikenal dengan Rumah Sakit Cipto Mangungkusumo (RSCM) pada 28 April 1949.
Kini, lebih dari setengah abad sudah sang penyair pergi. Namun, karya-karya yang diciptakannya masih hidup di tengah masyarakat. Bahkan hari kematiannya pun diperingati sebagai Hari Puisi Nasional.
Puisi “Aku”
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi!