Tikum.id Fashion – Bertahan selama 15 tahun di tengah ketatnya industri fashion lokal bukanlah hal mudah. Carline Darjanto bahkan berhasil ekspansi setelah sukses dengan Cotton Ink.

Selama satu dekade terakhir industri fashion di Indonesia berkembang cukup pesat. Ada banyak brand lokal yang bermunculan meski tak semua berumur panjang. Namun tak sedikit pula clothing line lokal yang terus eksis bahkan berusia lebih dari sepuluh tahun dan berhasil ekspansi di luar negeri seperti Cotton Ink.
Perjalanan Cotton Ink
Sebagian orang mengira bahwa Cotton Ink merupakan brand asal luar negeri. Image merek fashion ini pun setara dengan beberapa brand global kalangan menengah ke atas seperti H&M, Stradivarius, dan sebagainya yang banyak dijumpai di mal-mal mid to high end. Padahal sebetulnya Cotton Ink merupakan produk asal Indonesia yang didirikan pada 2008 silam. Hanya bermodalkan awal Rp1 juta, dua perempuan hebat Carline Darjanto bersama sahabat SMP-nya, Ria Sarwono, berhasil membangun clothing line yang tetap eksis hingga lima belas tahun kemudian.
Nyaris dua windu, eksistensinya sangat perlu diapresiasi mengingat ketatnya kompetisi di industri fashion baik dengan kompetitor dalam maupun luar negeri. Dua perempuan ini membuktikan dedikasi yang apik sejak mengawali mimpi menciptakan sebuah brand pakaian ready to wear yang terdepan. Cotton Ink memanfaatkan media sosial Facebook sebagai lapak pertama mereka yang saat itu sedang meroket. Hal tersebut merupakan taktik yang dinilai Celine cukup tepat mengingat media sosial saat itu tidak seramai saat ini, pun persaingan brand di Facebook masih belum terlalu gencar. Jelinya melihat peluang ini pun dimanfaatkan dengan maksimal oleh Celine dan Ria.
Meski memanfaatkan dunia digital lewat Facebook sebagai media pemasaran, Cotton Ink juga pernah masih melakukan hal-hal di belakang layar dengan cara manual. Saat akan mengirim barang misalnya, mereka masih menulis nama dan alamat tujuan pemesan menggunakan tangan. Produk bahkan pernah tak sampai lantaran tulisan yang salah. Walau begitu, Cotton Ink juga tetap mengandalkan word of mouth. Teknik marketing tradisional ini memiliki pengaruh yang besar dalam kesuksesan mereka. Tentunya, word of mouth ini juga didukung kualitas produk yang ditawarkan.
Profil Carline Darjanto
Carline Darjanto bukannya memulai bisnis ini dengan asal-asalan dan hanya sebatas jeli melihat peluang dan momentum. Usai menyelesaikan studi di SMA Santa Ursula Jakarta, Carline meneruskan pendidikan di Lasalle College of Fashion jurusan Desain Fashion.
Kecintaannya pada dunia fashion pun tak main-main. Salah satu buktinya adalah penghargaan Best Student of 2008 yang diperolehnya saat wisuda. Tak cuma itu, Carline pun nyatanya juga pernah bekerja selama satu tahun di PT Indah Jaya Textile Industri, perusahaan garmen yang memproduksi handuk terkenal Terry Palmer. Lewat pengalaman inilah Carline belajar tentang ekspor-impor, manajemen, dan berbagai hal seputar industri fashion lainnya.
Kegigihan dan keuletan Carline mengantarkannya dan Cotton Ink ke berbagai penghargaan. Salah satu apresiasi yang cukup fantastis diperolehnya adalah namanya yang masuk dalam daftar 30 Under 30 Forbes Asia 2016 silam dalam kategori Retail & E-Commerce.
Pencapaian Cotton Ink
Lewat arahan Carline sebagai CEO sekaligus Creative Director, Cotton Ink mendapat beberapa pengakuan seperti Most Favorite Brand (Brightspot Market), The Most Innovative Brand (Cleo Fashion Award), Best Local Brand (Free Magazine), hingga merek lokal favorit (In Style Magazine).
Kini produknya tak cuma beredar di Indonesia dan berada di mal-mal menengah ke atas. Melalui e-commerce Cotton Ink sendiri yakni www.cottonink.co.id, produk ini juga sudah meluas ke Singapura, Malaysia, Australia, hingga Eropa.
Selain itu, bisnisnya terus berkembang dengan menghadirkan label baru yakni Studio Asa yang menampilkan kesan luxury dan The Life Of yang mengusung casual look. Wah, menarik, ya!