Sejarah Hijab di Indonesia

Point penting

  • Sejarah Hijab Indonesia
  • Alasan Pemakaian Hijab
  • Otonomi Perempuan
  • Surga belanja onliine hijab

Tikum Fashion – Bagi sobat tikum yang Hijāb, pronounced [ħɪˈdʒaːb]. Berdasarkan catatan sejarah, hijab pertama kali dipakai oleh seorang muslimah bangsawan dari Makassar, Sulawesi Selatan pada abad 17.

Cara berhijabnya lalu ditiru oleh perempuan Jawa pada awal 1900-an setelah berdirinya organisasi perempuan muslim Aisyiyah, yaitu salah satu organisasi Islam terbesar yang sampai saat ini cukup berpengaruh di masyarakat melalui kegiatan pendidikan, ekonomi, sosial dan juga kesehatannya.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jean Gelman Taylor, seorang professor di bidang sejarah dari Universitas New South Wales, Australia menemukan bahwa tidak ada gambar hijab di foto-foto perempuan Aceh pada tahun 1880-an and 1890-an. Sayangnya, Taylor tidak menjelaskan mengapa demikian..

Alasan Pemakaian hijab

Seorang antropolog Saba Mahmood dari Mesir menyatakan bahwa banyak muslimah yang memakai hijab karena alasan identitas agama dan ekspresi kesalehan seseorang. Artinya dengan menggunakan hijab, seorang muslimah mempercayai bahwa dirinya lebih saleh daripada mereka yang memutuskan untuk tidak menggunakannya.

Banyak muslimah Indonesia juga mempunyai alasan ini saat memutuskan untuk menggunakan hijab. Survei pada tahun 2014, menyebutkan bahwa 95% responden dari para hijaber mengatakan bahwa alasan menggunakan hijab adalah karena alasan agama. Sebagian yang lain menggunakan hijab karena alasan keamanan, kenyamanan dan alasan politis.

Seorang feminis dan sekaligus ilmuwan Indonesia, Dewi Chandraningrum menuliskan di bukunya yang berjudul Negotiating Women’s Veiling, Politic & Sexuality in Contemporary Indonesia, bahwa sebagian politikus perempuan terkadang menggunakan hijab untuk keperluan politis. Para politikus perempuan ini berharap mereka akan mendapatkan suara pemilih dengan penampilannya yang religius.

hijab 2

Otonomi Perempuan

Walaupun perempuan muslim Indonesia dapat memakai jilbab dengan lebih bebas di tempat umum saat ini, usaha-usaha yang mengatur cara pemakaiannya masih saja terjadi.

Salah satu contohnya, akhir tahun lalu Kementerian Dalam Negeri menginstruksikan pegawai perempuan muslim yang memakai hijab untuk memasukkan kerudungnya ke dalam baju seragamnya. Namun baru beberapa hari diberlakukan, kebijakan ini menuai protes, karena sebagian pegawai merasa nyaman kalau mereka mengenakan hijab sampai menjulur ke dadanya. Dan akhirnya kementerian mencabut kebijakan tersebut.

Berbagai macam tekanan terkait dengan model berhijab datang dari masyarakat sendiri. Kalangan konservatif mengklaim bahwa hijab yang longgar dan lebar adalah yang paling baik dan benar, sesuai dengan ajaran Al Quran. Namun kalangan ilmuwan progresif dan feminis berusaha melawan klaim ini karena khawatir klaim tersebut akan menghalangi kebebasan perempuan untuk menentukan apa yang ingin dikenakannya.

Bagi saya, segala jenis tekanan yang ada, baik yang menyangkut dorongan untuk memakai atau tidak memakai hijab ataupun bagaimana cara memakainya serta model seperti apa yang digunakan, dimaksudkan untuk mengendalikan tubuh perempuan.

Jika kita berkaca pada para pahlawan perempuan muslim Indonesia pada masa lalu terkait dengan keputusan mereka untuk memakai hijab atau tidak, maka kita seharusnya mendorong para perempuan sekarang untuk memilih memakai atau tidak memakai hijab. Perempuan harus bebas memilih berdasarkan preferensi pribadi.

Untuk mengikuti perkembangan hijab, ikuti terus update info di kanal Fashion tikum.id homeofcommunity.

Tinggalkan pesan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.