Ada Apa di Balik Kontroversi European Super League (ESL)?

European Super League atau ESL sedang bikin heboh jagat sepakbola Eropa. Begini kontroversi seputar ESL yang perlu kamu tahu.

European Super League atau ESL sedang bikin heboh jagat sepakbola Eropa. Begini kontroversi seputar ESL yang perlu kamu tahu.

Beberapa minggu terakhir jagat sepakbola Eropa dihebohkan soal kehadiran European Super League alias ESL. Nama kompetisi antarklub Eropa itu terdengar prestisius. Namun, kemunculan ESL malah menimbulkan kontroversi. Ada apa sebetulnya di balik ESL?

Gagasan Sudah Muncul Sejak 2009

Semua bermula dari kritikan Florentino Pérez soal Champions League yang tengah berlangsung saat itu. Presiden Real Madrid berpandangan format Champions League membuat tim mengalami kerugian finansial akibat jarangnya tim-tim besar bersua. Bahkan, ia melontarkan ancaman akan mendirikan kompetisi tandingan jika UEFA tidak segera mengubah format kompetisi.

Pada tahun 2021, niat Pérez mendapat dukungan penuh dari pemilik klub raksasa Eropa lainnya. Hadir dengan format berbeda dari Champions League, inisiatif pendirian ESL datang dari 12 tim papan atas Eropa. Inggris diwakili enam klub, yaitu Tottenham Hotspur, Manchester United, Manchester City, Liverpool, Chelsea, dan Arsenal. Lalu, ada tiga raksasa Italia: Juventus, AC Milan, dan Inter Milan. Sementara, dari Negeri Matador hadir Barcelona, Atletico Madrid, dan Real Madrid.

Berdasarkan rilis resmi ESL, penyelenggaraan kompetisi ini rencananya dilaksanakan per Agustus tahun ini. Namun, 12 tim tersebut tidak melibatkan UEFA sebagai organisasi induk sepakbola Eropa dalam proyek ESL. Plus, para pemilik klub bersikeras menggulirkan ESL karena telah mengalami kerugian finansial hebat akibat pandemi virus corona.

Banyak pihak berspekulasi, besar kerugian 12 tim penggagas ESL pada musim 2019/2020 nyaris menyentuh angka 1,2 triliun poundsterling! Ini belum termasuk total utang kolektif mereka yang berada pada kisaran 5,6 miliar poundsterling.
Hal ini diamini Pérez yang berstatus Ketua ESL. Ia beranggapan ESL jadi cara terakhir untuk memulihkan keuangan klub yang tengah mengalami krisis.

Dengan mempertemukan tim-tim besar dalam skema pertandingan kompetitif, ia berharap para klub peserta ESL dapat mendulang lebih banyak uang untuk menyelamatkan finansial klub masing-masing.

Serangan Kritik dari Berbagai Pihak

Namun, banyak pihak melontarkan kritik pedas terhadap keberadaan ESL. Selain dari UEFA, pemain, fans, dan legenda pesepakbola juga turut angkat bicara.
ESL bakal mengancam keberadaan Champions League dan Europa League yang telah ada puluhan tahun lamanya. UEFA sudah berencana mengenakan sanksi berat kepada 12 tim tersebut, termasuk larangan ikut kompetisi UEFA dan FIFA.

Jika sanksi ini diberlakukan, sulit membayangkan kedua kompetisi itu berjalan tanpa nama besar klub elite Eropa. Otomatis 12 tim yang disebut-sebut Dirty Dozens karena proyek ini juga kehilangan salah satu sumber penghasilan mereka.
Kritik berikut muncul terkait format kompetisi yang diusung. Status peserta ‘abadi’ pada 15 tim pendiri dipertanyakan karena berlawanan dengan prinsip fair play. Lalu, muncul pula kekhawatiran tertutupnya peluang klub lain berprestasi di kancah Eropa karena dominasi klub elite tersebut.

Kecaman terakhir menyasar pada ‘keserakahan’ klub-klub kaya ini. Menggelar ESL hanya akan membuat para klub raksasa semakin kaya, sementara klub lain gigit jari. Aksi 12 tim tersebut dianggap telah melupakan kesakralan olahraga tim ini sekaligus peran suporter sebagai pendukung utama.

Kandas Sebelum Dimulai

Ya, ESL kandas lantaran enam klub Inggris memutuskan mundur dari kompetisi kontroversial tersebut dalam kurun waktu 48 jam setelah rilis resmi. Agaknya rencana ini kembali jadi wacana semata. Tentu sulit menjalankan roda kompetisi tanpa kehadiran The Big Six. Apalagi, muncul isu bahwa UEFA menjanjikan sejumlah uang pada mereka jika keluar dari proyek itu.

Isu ini kian memanas lantaran iming-iming itu tidak sampai ke klub Spanyol maupun Italia. Meskipun demikian, sanksi tegas berupa dikeluarkan dari kompetisi UEFA bisa juga jadi pertimbangan utama. Sekadar pengingat, saat ini City, Chelsea, MU, dan Arsenal sudah masuk dalam babak semifinal Champions League dan Europa League.

Berita terkini menyebutkan tiga klub inisiator utama: Juventus, Barcelona, dan Real Madrid bakal dikenai sanksi terberat. Sementara, sembilan klub sepakbola lain akan mendapat sanksi sesuai peran masing-masing.
Pertanyaannya, apakah UEFA akan serius menjatuhkan sanksi itu seiring penundaan ESL? Mari kita nantikan bersama.



tikum ads penulis 750
Tinggalkan pesan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.