Ada Apa Dengan Mu ManU

Krisis Manchester United bukan karena Solskjaer tetapi bisakah dia memperbaikinya?
Liga Premier 2019/20 yang paling menyakitkan bagi ManU di topup dengan semakin ramainya kritik terhadap Ole Gunnar Solskjaer, Paul Pogba dan Ed Woowdward.
Dalam beberapa hari kedepan, haruskah Ole Gunnar Solskjaer perlu kita hibur setiap saat ?Manchester United memang masih menjadi klub yang selalu dibicarakan semua orang khususnya setelah kekalahan rival sekota City terhadap Wolves yang sebenarnya jadi kejutan akhir pekan. Namun yang paling dominan jadi berita justru saat ManU tumbang di Newcastle.
Setelah mengalami start buruk diawal musim dan saat ini posisi klasmen berada di luar Zona Champion, ini merupakan posisi terburuk setelah 30 tahun. Solkjaer saat bersamaan, masih belum pernah menang pula saat tandang. Jangankan squad tandang mampu mencetak gol, statistik menunjukkan betapa mengerikannya situasi saat ini karena ketidak mampuan unuk mencatatkan tembakan tepat sasaran dalam pertandingan Liga Eropa melawan AZ Alkmaar pekan lalu. Tampaknya tim terlalu berlarut dalam euforia menang dari Paris Saint-Germain di Liga Champions Maret lalu, terlihat Solskjaer merayakan kemenangan ini dengan Sir Alex Ferguson dan Eric Cantona dengan rasa terlalu percaya diri mengatakan: “Kami adalah Man United: ini adalah apa yang kami melakukan.”
Hasil ini memang faktor yang meyakinkan Ed Woodward dan dewan United untuk tidak melakukan pencarian manajer yang berpengalaman dan malah mempromosikan juru kunci, dan memang terbukti kalau keputusan itu diterapkan membawa United ketebing jurang cenderung akan jatuh. Sejak awal April United telah meraih 14 poin dari 15 pertandingan. Coba kita bandingkan dengan Jürgen Klopp yang telah mencetak 42 poin dari 14 pada periode yang sama.
Liverpool kebetulan akan menjadi lawan United selanjutnya di Liga Premier, dan tim Solskjaer tidak dalam kondisi yang baik untuk masuk ke derby besar barat laut. Alan Shearer percaya itu adalah sisi terburuk United yang pernah ia saksikan selama bertahun-tahun, David de Gea mengakui semuanya berjalan salah dan Gary Neville menuding kaau kesalahan yang ebenarnya ada pada manajemen. Semua orang, tampaknya, memiliki pendapat tentang Manchester United, karena setelah bertahun-tahun menempati puncak klasemen.
Seberapa serius ini dan berapa lama akan berlanjut? Tergantung pada seberapa cepat klub dapat memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan berikut.
Mungkin tidak United terdegradasi?
Tidak mungkin, meskipun tidak ada yang mustahil dan siapa pun dengan kenangan tahun 1974 pasti akan melihat kesamaan keterpurukan dengan situasi saat sekarang.
United membeli tiga pemain bagus di musim panas dan akan belanja lagi di Januari jika mereka harus, meskipun jika hasilnya belum membaik pada tahap itu, tanda tanya yang lebih besar akan tergantung pada manajer.
Solskjaer telah menyarankan pencetak gol akan menjadi prioritas, dan United tentu saja bisa menggunakan yang dapat diandalkan bersama dengan mitra bek tengah reguler untuk Harry Maguire, namun sebagai suksesi manajer telah perhatikan sejak Ferguson mengundurkan diri dari hari-hari ketika klub hanya bisa mengklik jari-jari mereka dan berharap calon muda paling hot untuk bergabung sudah lama hilang.
Sebagian besar pemain yang berkemampuan ingin menandatangani untuk klub di braket Liga Champions, untuk permulaan, tidak ada yang beroperasi di bagian yang salah dari tabel domestik dan berjuang untuk meyakinkan di Liga Eropa. Tapi kalau turun terus, pengamat United akan merasa aneh melihat pemain dengan kualitas dan sekaliber Paul Pogba, De Gea dan Maguire di Zona degradasi.
Mengapa sekacau ini?
Neville berteori bahwa United telah merekrut dan memecat terlalu banyak manajer pasca-Ferguson, semua manager sebelumnya menerapkan gaya dan filosofi yang berbeda dan karena mereka telah gi janjikan dengan anggaran fantastis, mereka malah berakhir dengan sepak bola yang setara dengan monster Frankenstein, sesuatu yang terlihat menyerupai tim solid tetapi pada kentaannya ternyata merupakan kumpulan bagian yang tidak pas dan selalu kikuk untuk disatukan.
Ini adalah kritik yang valid, seperti kegagalan untuk merekrut direktur sepakbola yang mumpuni meski seharusny dilakukan dari setahun yang lalu. Solskjaer adalah manajer dan akan tetap menjadi manajer yang tidak berpengalaman, dan tidak perlu menunjuknya sebelum akhir musim lalu.
Seandainya United tetap pada rencana semula, Solskjaer mungkin sudah kembali ke Norwegia sekarang dengan cek besar di sakunya dan reputasinya sebagai pahlawan United selamanya.
Apa yang bisa mereka lakukan untuk memperbaikinya?
Mereka bisa mencoba memecat manajer dan membawa orang lain masuk, bahkan mungkin bertindak cukup cepat untuk membuat penyesuaian dalam jeda internasional saat ini, meskipun jika mereka benar-benar mengejar tindakan itu, wakil ketua eksekutif Woodward harus memberikan tender kepada manajernya. pengunduran diri juga sebagai pengakuan kesalahan bersama. Tapi mungkin tidak seperti skenario tersebut, sehingga Solskjaer mungkin akan tinggal sedikit lebih lama dengan harapan ia bisa memperbaiki tim sekaligus keluar dari lubang bermasalah ini.
Manajer telah meminta kesabaran dari dewan dan kesabaran adalah apa yang diberikan Ferguson di tahun-tahun awalnya ketika dewan bisa melihat dia melakukan sesuatu yang benar, bahkan jika hasilnya tidak segera muncul. Hanya ada sedikit bukti bahwa Solskjaer berada di jalur yang benar, dan apa yang benar-benar harus ia harapkan adalah bahwa United dapat menahan keberanian mereka dan tidak menjadi panik oleh kebodohan atau kekecewaan terbaru.
Dewan telah menyatakan secara terbuka kepercayaan diri pada Solskjaer hanya beberapa minggu yang lalu Woodward hampir tidak dapat melakukan kebalikannya, merujuk Mauricio Pochettino tidak lagi terlihat sepintar musim lalu, meskipun pola manajer yang berkinerja buruk di Old Trafford selalu didukung penuh untuk menciptakan kemenangan demi kemenangan hingga sampai ke titik ketika mereka tidak melakukannya.
Bagi Fans United Indonesia, bagaimana pendapat Anda?