7 Tips Menjadi Wanita Pemimpin yang Sukses

Makin banyak wanita yang menjadi pemimpin di berbagai organisasi dan bisnis. Berikut adalah tujuh tips menjadi wanita pemimpin yang sukses secara profesional maupun personal.

Makin banyak wanita yang menjadi pemimpin di berbagai organisasi dan bisnis. Berikut adalah tujuh tips menjadi wanita pemimpin yang sukses secara profesional maupun personal.

Pemimpin identik dengan maskulinitas. Maskulinitas identik dengan laki-laki. Karena itu, walau identik tidak lantas menyatakan kondisi tersebut yang seharusnya terjadi, seorang pemimpin dengan jenis kelamin wanita nyatanya memang kerap diragukan kapabilitasnya.

Namun, stigma sebaiknya tak diamini—lagipula ada banyak contoh wanita sebagai pemimpin yang sukses menjalankan perannya. Apabila Anda berada dalam posisi ini, berikut adalah tujuh tips menjadi seorang wanita pemimpin yang patut Anda terapkan.

Cari Mentor yang Tepat

Setiap pemimpin hebat selalu memiliki guru atau mentor. Anda bisa menemukan mentor ini di mana pun dan dalam bentuk apa pun, mulai dari sosok yang memang Anda idolakan (sesama wanita yang menjadi pemimpin misalnya), seorang kawan, atasan, buku, bahkan percakapan dengan orang asing sekalipun.

Kuncinya: stay hungry, stay foolish. Jangan pernah merasa bahwa diri Anda sudah cukup dan memiliki seluruh kemampuan untuk menjadi seorang pemimpin. Terbukalah terhadap ilmu yang dapat muncul dari berbagai cara tak terduga sekalipun.

Mendengarkan

Alih-alih menjadi pemimpin yang disukai, menjadi pemimpin yang efektif dan dihormati justru lebih penting. Jangan enggan menerima saran dan kritik dari staf paling bawah sekalipun.

Anda bisa mengadakan listening tour dan menanyakan banyak hal—apa hal-hal yang bagus dan memang sesuai dengan kebutuhan pekerjaan, bagian mana yang perlu diimprovisasi, dinamika apa saja yang dialami oleh personal tersebut. Setelah itu, mulailah beraksi dengan bijak sesuai masukan-masukan tersebut.

Fokus pada Koneksi, Bukan Status

Salah satu faktor penting dalam menjaga keharmonisan, efektivitas, dan efisiensi lingkungan kerja adalah kondisi yang kondusif. Adapun dalam mewujudkan kondusivitas, cara yang dapat Anda lakukan adalah dengan menemukan dan membangun koneksi pada tiap individu dalam lingkungan tersebut.

Jangan menjadikan status sebagai penghalang kemajuan dan kebaikan yang lebih besar. Pastikan orang-orang di bawah kepemimpinan Anda merasa nyaman bekerja dengan Anda maupun orang-orang lain yang Anda pilih dalam tim.

Tawarkan Bantuan Alih-Alih Cacian

Tidak semua orang dapat langsung menyelesaikan pekerjaan sesuai standar yang Anda harapkan. Jika hal ini terjadi, jangan lantas mengkritik tanpa memberi solusi.

Sebaliknya, tawarkan bantuan kepada mereka seperti apa yang perlu dilakukan agar mereka dapat memahami maksud lebih baik, bagian mana yang perlu diperkuat agar memenuhi standar, dan sebagainya. Jadilah pemimpin yang solutif dan mengayomi agar orang-orang merasa nyaman saat bekerja dengan Anda tanpa mengabaikan nilai-nilai hormat.

Gunakan Intuisi

Intuisi wanita cenderung lebih kuat dibandingkan laki-laki. Hal ini merupakan keuntungan tersendiri yang sangat perlu Anda manfaatkan sebaik mungkin.

Hal ini bukan berarti Anda jadi mengabaikan logika maupun saran dari orang luar. Namun, intuisi yang sesungguhnya—bukan ego—adalah kompas terbaik tentang langkah mana yang harus dituju.

Mengambil Risiko

Wanita acap kali dinilai sebagai pihak yang jarang berani mengambil risiko. Padahal sebagai seorang pemimpin, berani mengambil risiko sudah pasti menjadi syarat mutlak karakter yang harus dimiliki.

Mengambil risiko pun tentu ada pertimbangannya. Selain berdasarkan data, kondisi faktual, dan logika, jangan lupa, intuisi juga berperan penting dalam menentukan pemutusan kebijakan berikut risikonya.

Tidak Menunda Penyelesaian Masalah

Masalah tidak muncul tiba-tiba—pun, masalah tidak akan hilang begitu saja. Jangan biarkan terlalu banyak waktu terbuang untuk mengatasi sebuah masalah hingga masalah tersebut justru membesar dan berlarut-larut.

Sikap Anda dalam menyelesaikan masalah pun akan berdampak terhadap penilaian anggota tim terhadap diri Anda. Lebih jauh, hal ini juga berdampak terhadap kepercayaan mereka terhadap keberlangsungan organisasi atau bisnis dan masa depan mereka di bawah kepemimpinan Anda.

Siapa saja berhak menjadi seorang pemimpin selama memiliki kapabilitas yang diperlukan, termasuk wanita. Karena itu, jangan kerdilkan kepercayaan diri dan kemampuan Anda sebagai seorang wanita pemimpin hanya karena ketakutan yang tak beralasan.

Tinggalkan pesan

Alamat email anda tidak akan disiarkan.