Sebagian besar penyakit menular seksual pada wanita memang tidak bergejala. Namun jika dibiarkan terlalu lama, beberapa penyakit ini bahkan dapat merenggut nyawa.
Penyakit menular seksual (PMS) merupakan gangguan kesehatan yang dapat terjadi kepada siapa saja yang melakukan hubungan seksual. Tentunya, penyakit ini dapat terjadi jika salah satu atau bahkan kedua pihak telah terinfeksi terlebih dahulu dan melakukan hubungan intim yang tidak aman. Dilansir dari Healthline, ada empat PMS yang paling umum dialami oleh wanita, yakni HPV, chlamydia, gonorrhea, dan herpes. Berikut adalah ulasan selengkapnya.
HPV
Human papilomavirus (HPV) merupakan virus yang menyerang permukaan kulit dan menyebabkan infeksi. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), penyakit ini merupakan PMS yang paling banyak terjadi. Terdapat lebih dari 100 jenis HPV yang ada—40 di antaranya ditularkan lewat aktivitas seks baik secara oral maupun penetrasi.
Penyebaran virus dapat terjadi saat pengidapnya melakukan kontak seksual dengan orang lain. Sebagian besar HPV memang tidak berbahaya dan tidak menunjukkan gejala apa pun. Namun, beberapa jenis HPV dapat berpotensi menimbulkan kutil kelamin dan bahkan kanker serviks, anus, dan tenggorokan.
Melakukan pap-smear secara rutin merupakan salah satu cara untuk mengidentifikasi ada atau tidaknya virus ini dalam tubuh. Pemeriksaan ini dapat dilakukan setiap tiga tahun terutama untuk wanita usia 21 sampai 29 tahun. Pada wanita usia 20 sampai 65 tahun, beberapa tes kesehatan lainnya adalah pemeriksaan HPV setiap lima tahun sekali.
Chlamydia
Chlamydia merupakan penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis. Penyebarannya terjadi melalui cairan pada organ kelamin saat melakukan hubungan intim terutama ketika tidak menggunakan kondom.
Sebanyak 90 persen wanita yang mengalami penyakit ini tidak menunjukkan gejala. Namun, hal tersebut biasanya hanya terjadi pada fase awal. Chlamydia dapat berkembang menjadi masalah kesehatan yang lebih serius dan biasanya mulai ditunjukkan lewat tanda-tanda seperti rasa sakit saat berhubungan intim, keluarnya lendir dari vagina, sensasi terbakar saat buang air kecil, pendarahan di selang periode menstruasi, rasa sakit di perut bawah, dan peradangan di serviks.
Apabila telah mengakibatkan peradangan di panggul, penderita umumnya mengalami demam, nyeri panggul yang sangat hebat, mual, dan pendarahan vagina yang tidak lazim. Tes yang dapat dilakukan adalah swab di bagian tubuh yang dicurigai.
Gonorrhea
Gonorrhea disebabkan oleh bakteri Neisseria gonorrhoeae. Penularan PMS ini dapat terjadi melalui hubungan seksual (oral maupun penetrasi) yang tidak menggunakan kondom atau pengaman semacamnya. Adapun bakteri ini dapat menyerang di beberapa bagian tubuh yang relatif hangat seperti uretra, mata, tenggorokan, vagina, anus, dan saluran reproduksi wanita.
Penderita gonorrhea juga mungkin tidak mengalami gejala, tetapi tetap dapat menyebarkannya. Keluhan yang muncul pun biasanya kerap menyerupai keluhan penyakit lainnya, seperti infeksi ragi, keputihan, frekuensi buang air kecil tinggi, tenggorokan sakit, demam, sakit saat berhubungan seks, sensasi terbakar saat buang air kecil, rasa sakit di perut bawah, dan pendarahan yang lebih hebat dari biasanya serta spotting.
Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan. Selain pemeriksaan sampel cairan tubuh pada bagian yang dicurigai, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan darah dan tes sensitivitas antibiotik.
Herpes
Penyebab herpes adalah virus herpes simpleks (HSV). Ada dua jenis herpes, yakni HSV-1 yang biasanya menyebabkan herpes labialis dan HSV-2 yang biasanya menyebabkan herpes genital.
Gejala umum herpes adalah munculnya lesi di vagina, anus, pantat, wajah, mulut, bibir, atau area lain yang terinfeksi. Selain itu, herpes juga dapat menyebabkan rasa nyeri pada tubuh, demam, sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening.
Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan visual dengan melihat lesi dan persebarannya. Selain itu, pada kasus tertentu, tes laboratorium juga diperlukan untuk hasil lebih akurat.
Umumnya PMS memang tidak menimbulkan gejala di tahap awal. Namun, wanita yang aktif secara seksual sebaiknya rutin melakukan pemeriksaan kesehatan seksualnya sebagai tindakan pencegahan kondisi yang lebih serius. Selain itu, pastikan pula untuk selalu menerapkan kegiatan seksual yang aman.
